Deteksi adalah langkah pertama dalam pencegahan. Menghentikan penyebaran HIV satu tes sederhana pada suatu waktu. The OraQuick ADVANCE® Rapid HIV-1/2 Antibodi Test mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 dan HIV-2 dalam 20 menit.
Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.

Jika Penderita HIV/AIDS Ternyata Hamil

HIV/AIDS sudah tidak asing lagi. Penyakit ini sudah bermunculan di mana-mana, hampir di semua negara, termasuk Indonesia yang sampai saat ini penderitanya sudah mencapai lebih dari 130.000 orang. Untuk HIV/AIDS ini, hingga saat ini belum ditemukan obat ataupun vaksin pencegahnya. Namun, satu hal yang dapat dilakukan adalah mencegah penularannya. Salah satu cara penularan virus ini adalah secara vertikal, yaitu dari ibu penderita HIV kepada anak yang dikandungnya.
Berdasarkan data WHO, pada akhir 2002 tercatat ada 42 juta penderita HIV/AIDS di seluruh dunia. Tentu, angka yang tidak sedikit ini hanyalah yang tampak di permukaan, jumlah penderita yang tak tercatat jauh lebih besar dari itu. Untuk ibu hamil, jumlahnya sekitar 2,5% dari penderita HIV/AIDS. Ini berarti akan ada 2.250 - 3.250 bayi yang lahir dari ibu yang HIV positif. Angka ini sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian pemerintah dan kita semua.
Terdapat beberapa faktor penting yang memegang peranan dalam proses penularan HIV yakni (1) faktor maternal atau faktor ibu, (2) faktor bayi yang dikandung, dan (3) cara penularannya. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan yang diserang adalah sel T-limfosit (CD4) dalam darah, sehingga ibu pengidap virus ini akan mudah mengalami infeksi.
Faktor paling utama yang mempengaruhi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi adalah kadar virus HIV di dalam darah. Makin tinggi kadar virus dalam darah maka makin rendah jumlah CD4 dalam darah dan makin besar risiko penularan dari ibu ke anak yang dikandung. Jumlah virus yang berisiko tinggi dapat menularkannya adalah lebih dari 100.000 kopi/ ml, atau kadar CD4 kurang dari 200.
Faktor bayi yang mempengaruhi penularan HIV adalah usia kandungan saat bayi dilahirkan dan berat badan bayi saat lahir. Pada beberapa penelitian dikatakan bayi-bayi yang prematur akan lebih rentan tertular HIV dibandingkan mereka yang lahir sesuai dengan waktunya. Selain itu, bayi yang lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 100 gram) juga akan memperbesar risiko penularan dari ibu kepada anak yang dikandungnya.
Faktor lain yang mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak adalah cara penularannya, yang sebagian besar terjadi saat persalinan berlangsung. Cara persalinan ibu dengan HIV/AIDS yang lebih dianjurkan adalah dengan operasi atau sectio. Sebab, persalinan dengan operasi akan meminimalkan kontak kulit dan mukosa membran bayi dengan servix (leher rahim) dan vagina. Makin kecil kontak yang terjadi, makin kecil risiko tertularnya virus ini. Selain itu, proses penularannya akibat bayi menelan darah atau lendir si ibu. Menyusui juga menjadi masalah bagi bayi yang lahir dari Ibu dengan HIV positif, sebab risiko tertularnya jauh lebih besar.
Lakukan “Screening”
Pada dasarnya screening yang baiklah yang akan mampu menekan angka penularan HIV dari ibu kepada anaknya. Program yang dicanangkan UNAIDS berupa konseling dan pemeriksaan HIV secara sukarela kepada pasangan usia subur merupakan program yang harus digalakkan pemerintah.
Ada beberapa indikasi dalam melakukan screening di antaranya adalah kepada mereka bekas pengguna narkoba dengan jarum suntik, riwayat pasangan hubungan seksual lebih dari lima, punya riwayat transfusi darah, riwayat pasangan biseksual atau melakukan screening dan tes atas permintaan sendiri.
Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS. Stadium I, ibu dengan HIV positif tidak akan menunjukkan gejala klinis yang berarti sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal dan mampu melakukan aktivitasnya seperti biasa. Pada stadium II, sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan seperti terjadi penurunan berat badan kurang dari 10%, infeksi yang berulang pada saluran nafas dan kulit.
Stadium III, ibu dengan HIV sudah tampak lemah, gejala dan infeksi sudah mulai bermunculan dan ibu akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat, diare yang tidak kunjung sembuh, demam yang hilang timbul dan mulai mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar sampai ke paru-paru. Stadium IV, pasien akan menjadi AIDS — aktivitas akan banyak dilakukan di tempat tidur karena kondisi dan keadaannya sudah mulai lemah, serta infeksi mulai bermunculan di mana-mana dan cenderung berat.
Beberapa Strategi
Ada beberapa strategi yang penting dalam mencegah penularan HIV/AIDS ibu ke bayi. Pertama, dengan pemberian obat antiretroviral. Obat ini bekerja langsung menghambat replikasi dan perkembangan virus HIV. Kedua, melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan, selama persalinan, dan setelah persalinan.
Cara persalinan yang diperkenankan pada ibu dengan HIV positif adalah dengan operasi, penularan HIV dari ibu ke anak dapat ditekan sampai 50% dibandingkan dengan persalinan normal. Setelah anak dilahirkan, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan terutama saat menyusui si bayi. Disarankan, ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-20%, terlebih jika payudara ibu mengalami perlukaan lecet ataupun radang.
Imunisasi juga harus diperhatikan pada anak yang terlahir dari ibu dengan HIV positif. WHO dan UNICEF menganjurkan agar semua bayi dengan infeksi HIV simptomatik diberikan imunisasi dasar menurut program nasional (BCG, DPT, OPV, Campak). Pada ibu yang telah bersalin, diharapkan dalam waktu kurang dari 4 minggu harus sudah menggunakan alat kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD karena kekebalan ibu sudah menurun dan akan memperbesar risiko infeksi yang terjadi pada rahim akibat adanya benda asing di dalam tubuh.
Infeksi HIV sampai saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan bagi mereka yang menderita HIV untuk tidak melakukan hubungan badan tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Pada ibu dengan HIV/AIDS sangat rentan timbulnya masalah sosial seperti diskriminasi dan isolasi. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menghentikan segala bentuk stigmatisasi dan diskriminasi kepada mereka terutama ibu-ibu dengan HIV positif.
Penulis: dr. Ryan Saktika Mulyana
Sumber:
http://www.satudunia.net/node/2830

0 komentar:

Posting Komentar